Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

LUAS PERSINGGUNGAN BENIH DAN AIR TANAH

LUAS PERSINGGUNGAN BENIH DAN AIR TANAH
Oleh/by :
Siska Pramudya Angraeni
201410200311062
Program Studi Agroteknologi, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Kota Malang Jawa Timur 65144 Indonesia Email : siskapradya@gmail.com

ABSTRAK
Air merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Jumlah air yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada spesies yang ada.  Tanaman sering mengalami periode tanah dan defisit air selama siklus hidupnya. Tanggapan tanaman terhadap kelangkaan air yang kompleks bisa membuat perubahan dan atau merusak tubuh tumbuhan. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu tingkat kematangan benih, ketidaksempurnaan embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji dan faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air, dan oksigen/cahaya juga mempengaruhi perkecambahan biji. Perkecambahan tidak terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan
Percobaan dilaksanakan di laboratorium Agronomi, Universitas Muhammadiyah Malang yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 13 Oktober 2017. Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan bagaimana soil water potensial, persinggungan antara benih – air tanah (seed soil contact), dan hambatan hidrolik tanah (soil hydrolic conductivity) mempengaruhi imbibisi. Dari hasil Percobaan menunjukkan tidak ada yang berkecambah setelah 7 hari. Hal ini dikarenakan jummlah air dan pasir tidak sebanding sehingga air tidak mampu bersinggungan dengan benih.
Kata Kunci : Luas Persinggungan Benih, Air Tanah


PENDAHULUAN
Tanaman sering mengalami periode tanah dan defisit air selama siklus hidupnya. Tanggapan tanaman terhadap kelangkaan air yang kompleks bisa membuat perubahan dan atau merusak tubuh tumbuhan. Perubahan yang terjadi yaitu perubahan akar, kemampuan akar dalam mencari air atau unsur hara semakin tertekan sehingga akar bisa panjang. Cadangan makanan di dalam batang yang disertai dengan perubahan metabolisme nitrogen dan karbon [1]. 
Air merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Jumlah air yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada spesies yang ada. Kebanyakan benih, kondisi lewat basah sangat merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang kondisi untuk perkembangan penyakit [3]. Air sangat berperan dalam perkecambahan benih karena air berfungsi untuk melunakkan kulit biji yang kemudian memudahkan air untuk masuk ke dalam biji. Masuknya air ke dalam biji terjadi secara imbibisi. Air yang masuk kedalam biji akan mengaktifkan enzim-enzim yang ada di dalam biji, yang sangat membantu dalam proses pembentukan energi yang ditransfer ke bagian embrionic axis, untuk membantu proses terjadinya perkecambahan biji. Imbibisi air menyebabkan embrio di bawah kulit benih akan memproduksi sejumlah kecil hormon (giberelin). Penyerapan air juga membuat jaringan dalam benih akan terhidrasi membentuk enzim (termasuk di dalamnya adalah hormon sitokinin dan auksin)[2].
 Selama aperiode waktu tertentu sesudah panen, pada umumnya biji dari kebanyakan tanaman menghendaki beberapa syarat khusus untuk dapat memulai perkecambahan. Biji–biji ini pada umumnya akan segera berkecambah  pada keadaan lingkungan yang hampir bersamaan, akan tetapi biji dari tanaman tertentu, terutama biji rerumputan, menghendaki lingkungan khusus untuk dapat berkecambah. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah air. Air memegang peranan yang terpenting dalam proses perkecambahan biji [4]. Air adalah faktor yang menentukan dalam kehidupan. Masuknya air ke dalam tumbuhan melalui proses imbibisi.  Air yang masuk dalam proses imbibisi disebut air imbibisi, sedangkan zat yang kemasukan air disebut imbiban. Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-sama, yaitu proses difusi dan osmosis. Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya di luar biji, masuk ke dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Sedang proses osmosis tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel terhadap molekul-molekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji [5]. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu tingkat kematangan benih, ketidaksempurnaan embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji dan faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air, dan oksigen/cahaya juga mempengaruhi perkecambahan biji. Perkecambahan tidak terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan [6]. Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan bagaimana soil water potensial, persinggungan antara benih – air tanah (seed soil contact), dan hambatan hidrolik tanah (soil hydrolic conductivity) mempengaruhi imbibisi.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di laboratorium Agronomi, Universitas Muhammadiyah Malang yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 13 November 2017.
Bahan dan Alat
Dalam Percobaan ini bahan yang digunakan adalah  benih kedelai (Glycine maxx), benih jagung (Zea mays), air, pasir. Sedangkan alat yang digunakan dalam Percobaan ini adalah seedbox, sterofoam yang telah dilubangi.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pelaksanaan Percobaan dilakukan dengan menyiapkan seedbox terlebih dahulu kemudian mengisi dengan pasir steril hing ¾ bagian dan memberi air hingga penuh. Kemudian menambahkan pasir diatasnya hingga mencapai ketelbalan 5cm. kemudian menyiapkan sterofoam kotak. Masing – masing dilubangi dengan ukuran lubang yang berbeda yaitu 6, 3.5, 2, dan 1 mm. kemudian menempatkan benih kacang tanah pada setiap lubang dan menutup dengan sterofoam tersebut. Menempatkan sterofoam kotak tersebut pada seedbox yang telah disiapkan. Setelah 7 hari, menghitung jumlah benih yang telah berkecambah secara sempurna dan membahas apakah luas persinggungan antara biji dan air berpengaruh terhadap perkecambahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel  1. Luas Persinggungan Antara Benih dan Air Tanah Biji Kacang Tanah
Ulangan
Ukuran Benih
Besar
Sedang
Kecil
I
1
1
1
II
0
0
0
III
1
0
2
IV
1
0
2
V
2
1
2

Styrofoam kotak merupakan media tanam dengan menambah pasir atau tanah sebagai tempat pertumbuhan tanaman. Styrofoam kotak saat Percobaan digunakan membantu menguji daya tumbuh benih. Manfaat dari penggunaan styrofoam yaitu air tetap berada di dalam sistem dan dapat digunakan kembali, mudah didapatkan dan memiliki drainase yang sangat baik dan bila ada tanaman yang mati maka dapat dengan mudah diganti dengan tanaman yang baru, akar tanaman yang terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang, dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam. Adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal [7].
Penggunaan styrofoam dengan ukuran lubang (diameter) yang berbeda-beda yaitu untuk mengetahui apakah luas persinggungan antara biji dan air berpengaruh terhadap perkecambahan. Selain itu juga untuk membuktikan apakah benar kecepatan penyerapan air oleh benih berbanding lurus dengan luas persinggungan benih dengan air, yang dampakanya dapat dilihat pada benih berkecambah atau tidak. Media tanam yang digunakan untuk mengetahui pengaruh luas persinggungan antara biji dengan air yaitu pasir. Pasir lapisan bawah disiram menggunakan air, sedangkan pasir lapisan atas tidak. Hal ini karena Pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah terisi air dan cepat kering oleh proses penguapan [3]. Apabila pasir lapisan atas diberi air maka air akan mudah hilang merembes ke pori-pori yang berukuran besar tersebut, sedangkan pasir pada lapisan bawah yang diberi air berguna untuk menyediakan air yang dibutuhkan benih untuk berkecambah, pada pasir bagian bawah tidak mudah hilang karena tertahan oleh seedbox. 
Dari hasil Percobaan menunjukkan tidak ada yang berkecambah setelah 7 hari. Hal ini dikarenakan jummlah air dan pasir tidak sebanding sehingga air tidak mampu bersinggungan dengan benih. Beberapa benih terkena jamur dan mengalami pembusukan. Hal ini dapat terjadi karena kelembapan media yang terlalu tinggi, sehingga benih mudah terkontaminasi oleh jamur dan menyebabkan kebusukan pada benih. Berdasarkan data diatas dapat diketahui benih tidak berkecambah karena pasir memiliki daya serap air yang cukup tinggi sehingga air yang tergenang selama beberapa hari dapat menyebabkan akar tidak dapat melaksanakan respirasi normal aerob namun terjadi respirasi anaerob. Keadaan seperti ini akan menyebabkan tingginya kadar alkohol dalam benih yang selanjutnya akan meracuni benih dan tidak dapat tumbuh [4].
KESIMPULAN
Dari hasil Percobaan menunjukkan tidak ada yang berkecambah setelah 7 hari. Hal ini dikarenakan jumlah air dan pasir tidak sebanding sehingga air tidak mampu bersinggungan dengan benih. Luas persinggungan antara benih dengan air yaitu apabila luas persinggungannya lebar maka benih dapat menyerap air, sedangkan bila luas persinggungannnya sempit maka benih tidak dapat menyerap air.

DAFTAR PUSTAKA

 

[1] Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
[2] Islami, T. d. 2000. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.
[3] Rosadi, R. R. 2006. Pengaruh Irigasi Defisit Selama Fase Vegetatif Terhadap Efisiensi Penggunaan Air Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merril ). Jurnal Keteknikan Pertanian, 3(1), 27 - 47.
[4] Siregar, A. 2003. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Direktoral Jendral Pendidikan Tingkat DEPDIKBUD.
[5] Suhartono, R. M. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glysine Max (l) Merril) pada Berbagai Jenis Tanah. Jurnal Embryo, 5(1), 98 - 112.
[6] Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[7] Tusi, A. d. 2009. Aplikasi Irigasi Defisit Pada Tanaman. Jurnal Irigasi, 4(2), 120 -130.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar