LAJU
IMBIBISI DUA TIPE BENIH
Siska Pramudya Angraeni
201410200311062
Program
Studi Agroteknologi, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas
Muhammadiyah Malang
Abstract – Pada proses perkecambahan terjadi proses
penyerapan air secara imbibisi atau osmosis. Tujuan dari percobaan ini adalah
agar mahasiswa diharapkan mampu membahas proses – proses fisiologis yang
berkaitan dengan imbibisi pada benih dan membedakan komposisi dan permeabilitas
benih antar spesies tanaman yang berpengaruh terhadap tingkat imbibisi. Percobaan dilaksanakan di laboratorium
Agronomi, Universitas Muhammadiyah Malang yang dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 13 Oktober 2017. Dari hasil percobaan yang telah dilaksanakan
didapatkan hasil bahwa data pengamatan awal bobot/15 menit dan rata absorbs air
per gram berat kering tertinggi adalah pada benih kacang tanah ulangan 3 dan
benih jagung ulangan 2.
Kata Kunci : Imbibisi Benih, Laju Imbibisi Benih
I. PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang dapat mempercepat laju perkecambahan
benih adalah terjadinya imbibisi pada benih, karena dengan adanya imbibisi laju
metabolisme pada benih akan berjalan dengan lancar. Biji yang kering atau biji
yang mati masih dapat melakukan imbibisi namun tidak dapat memperlancar laju
metabolisme pada benih, sehingga biji hanya akan menggelembung[3].
Air yang masuk kedalam biji (imbibisi) akan
mengaktifkan enzim-enzim yang ada di dalam biji, yang sangat membantu dalam
proses pembentukan energi yang ditransfer ke bagian embrionik axis, untuk membantu
proses terjadinya perkecambahan biji. Imbibisi air menyebabkan embrio di bawah
kulit benih akan memproduksi sejumlah kecil hormon (giberelin). Penyerapan air
juga membuat jaringan dalam benih akan terhidrasi membentuk enzim (termasuk di
dalamnya adalah hormon sitokinin dan auksin)[2].
Banyaknya air yang dihisap selama proses
imbibisi umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering
dari biji. Kemudian biji tampak membesar karena banyak menampung sumber air
yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya imbibisi adalah
tekanan, kulit biji, benih dan substratnya. Semakin kecil tekanan benih dari
pada tekanan larutan, maka semakin besar proses imbibisi. Kulit biji tipis,
mengandung substrat yang mudah larut dalam air dan benih tidak kering, maka air
yang diserap akan lebih banyak dan sebaliknya. Berikut merupakan grafik laju
imbibisi yang terjadi pada beberapa jenis tanaman[4].
Pada
proses perkecambahan terjadi proses penyerapan air secara imbibisi atau
osmosis. Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biasanya
berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40% - 60% dan akan
meningkat lagi pada awal munculnya radikal sampai jaringan penyimpanan dan
kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70% - 90%. Kira-kira 80%
dari protein yang biasanya terbentuk Kristal disimpan dalam jaringan yang
disebut badan protein sedangkan sisanya 20% terbagi dalam nucleus, mitokondria,
protoplastid, mikrosom, dan dalam sitosol. Selain itu semakin kecil tekanan benih
dari pada tekanan larutan, maka semakin besar proses imbibisi [5]. Selain itu
enzim juga turut berpengaruh dalam proses imbibisi. Pada saat perkecambahan,
enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma yang mana telah terhidrasi.Imbibisi
terjadi jika beberapa enzim yang mengubah protein menjadi asam amino, lemak dan
minyak menjadi larutan sederhana atau campuran dan enzim-enzim lain yang
merombak pati menjadi gula [4].
Tujuan
dari percobaan ini adalah agar mahasiswa diharapkan mampu membahas proses –
proses fisiologis yang berkaitan dengan imbibisi pada benih dan membedakan
komposisi dan permeabilitas benih antar spesies tanaman yang berpengaruh terhadap
tingkat imbibisi. Percobaan ini juga ditujukan untuk menentukan laju imbibisi
dua tipe benih yang berbeda yaitu jagung dan kacang tanah dan membandingkan
laju imbibisi dua tipe benih dengan kandungan kimiawi berbeda.
II. BAHAN DAN METODE
Tempat dan
Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di laboratorium
Agronomi, Universitas Muhammadiyah Malang yang dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 13 Oktober 2017.
Bahan
dan Alat
Dalam percobaan
ini bahan yang digunakan adalah benih
kedelai (Glycine maxx), benih jagung
(Zea mays), aquades. Sedangkan alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah oven pengering dengan suhu 170o,
timbangan analitik, botol timbang, dan cawan petri.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pelaksanaan percobaan dilakukan dengan menghilangkan
perbedaan permeabilitas kulit biji, maka kedua kelompok benih dibelah menjadi
dua bagian sama besar. Menera kadar air benih dan mencatat hasilnya. Kemudian
memilih / mengambil lima benih kacang tanah dan lima benih jagung, kemudian
membelah menjadi dua bagian sama besar. Menimbang kedua kelompok benih tersebut
secara terpisah dan mencatat hasil penimbangan. Memasukkan kedua kelompok benih
tersebut ke dalam cawan petri yang telah diisi aquades hingga benih benar –
benar terendam. Setelah 15 menit, mengambil benih tersebut dan mengeringkan air
yang menempel pada biji dan kemudian menimbang biji. Mencatat hasil
penimbangannya. Setelah mencatat, kedua kelompok benih dikembalikan kedalam
cawan petri kembali. Mengulangi langkah e sampai perendaman berlangsung selama
60 menit.mencatat semua hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan. Menghitung
rata absorbsi (n) dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Rata Absorbsi (n) =
Keterangan
: n = Perendaman Ke-n (15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit)
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data Awal Pengamatan bobot/ 15 menit
Ulangan
|
Spesies
|
Bobot
Awal
|
Kadar Air
|
Bobot
Kering Awal
|
Bobot
pada pangamatan 15 menit :
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||||
U1
|
Kacang
tanah
(Arachys hipogaea)
|
1,435
|
0,6 %
|
1,4255
|
2,176
|
2,290
|
2,175
|
2,503
|
U2
|
1,8
|
13,9 %
|
1,55
|
3,80
|
1,70
|
1,96
|
2,02
|
|
U3
|
3,13
|
45,7%
|
1,698
|
1,698
|
1,911
|
1,96
|
2,016
|
|
U4
|
1,430
|
0,20 %
|
1,427
|
1,530
|
1,621
|
1,638
|
1,684
|
|
U5
|
1,3965
|
10,8 %
|
1,2455
|
2,099
|
2,128
|
2,200
|
2,259
|
|
U1
|
Jagung
(Zea mays)
|
1,9185
|
14,3 %
|
1,6425
|
2,457
|
2,611
|
2,677
|
2,745
|
U2
|
3,40
|
67,35%
|
1,11
|
4,34
|
2,86
|
2,96
|
3,02
|
|
U3
|
2,96
|
0,27%
|
2,368
|
2,975
|
2,540
|
2,555
|
2,630
|
|
U4
|
2,238
|
0,26 %
|
2,132
|
2,45
|
2,50
|
2,063
|
2,611
|
|
U5
|
1,9045
|
13,8 %
|
1,6425
|
2,008
|
2,107
|
2,155
|
2,225
|
Tabel 2. Data
Perhitungan
Ulangan
|
Spesies
|
Rata
absorbs air per gram berat kering
|
|||
15 menit
|
30 menit
|
45 menit
|
60 menit
|
||
U1
|
Kacang
Tanah
(Arachys hipogaea)
|
0,056
|
0,839
|
0,043
|
0,030
|
U2
|
1,3
|
1,22
|
0,038
|
0,68
|
|
U3
|
4,77
|
7,77
|
2,89
|
3,30
|
|
U4
|
0,071
|
0,064
|
0,08
|
0,032
|
|
U5
|
0,515
|
0,071
|
0,058
|
0,047
|
|
U1
|
Jagung
(Zea mays)
|
0,062
|
0,046
|
0,020
|
0,0207
|
U2
|
0,63
|
0,90
|
0.047
|
0,006
|
|
U3
|
4,522
|
2,74
|
0,63
|
3,17
|
|
U4
|
0,086
|
0,096
|
0,024
|
0,092
|
|
U5
|
0,052
|
0,060
|
0,029
|
0,043
|
Cara kerja imbibisi yaitu air yang ada pada
lingkungan akan masuk kedalam benih melalui kullit biji yaitu melalui membran
permeabel. Setelah air masuk kedalam benih air tersebut, akan mengaktifkan
enzim-enzim agar laju metabolisme dalam benih dapat berjalan lancar. Setelah
metabolisme dalam biji aktif maka proses perkecambahan pun akan terjadi. Begitu
juga perendaman yang dilakukan dalam percobaan ini. Perendaman dilakukan
bertujuan untuk mengetahui proses masuknya air ke dalam benih. Perendaman untuk
mengetahui laju imbibisi dari benih [4].
Hasil dari percobaan yang telah dilaksanakan
didapatkan hasil bahwa data pengamatan awal bobot/15 menit untuk benih kacang
tanah memiliki kadar air tertinggi pada ulangan 3 yakni sebesar 45,7% dengan
penginkatan bobot pada pengamatan tiap 15 menit selama 4 kali ulangan. Hal ini
mempengaruhi pada rata absorbs air per gram berat kering benih kacang tanah
ulangan ke 3 yang menunjukkan tingkat penyerapannya lebih tinggi daripada 5
ulangan yang lain. Sedangkan pada benih jagung, untuk data yang menunjukkan
kadar air tertinggi ialah pada ulangan ke 2 dengan nilai kadar air sebesar 67,35%
dengan peningkatan bobot/15 menit selama 4 kali pengamatan. Rata absorbs air
per gram berat kering benih jagung pada ulangan ke 2 juga merupakan rata
tertinggi peningkatannya dibandingkan dengan 5 ulangan perlakuan benih yang
lain. Hasil tinggi yang diperoleh dari 2 benih tersebut dapat disebabkan karena
persentase kadar air dari dua benih yang memiliki hasil yang lebih besar
dibandingkan ulangan yang lainnya. Kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan
berat yang diakibatkan oleh pengeringan atau pemanasan pada kondisi tertentu,
dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Kadar air penting
karena berkaitan dengan perkecambahan ataupun proses imbibisi. Didalam batas
tertentu, makin rendah kadar air, makin rendah kadar air lebih kecil laju
imbibisinya. Kadar air yang terlalu tinggi akan dapat menyebabkan biji dalam
keadaan jenuh sehingga tidak mampu lagi menyerap air untuk keperluan
perkecambahan [2].
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
Hasil tertinggi dari data pengamatan awal bobot/15
menit dan rata absorbs air per gram berat kering tertinggi adalah pada benih
kacang tanah ulangan 3 dan benih jagung ulangan 2. Hasil tinggi yang diperoleh
dari 2 benih tersebut dapat disebabkan karena persentase kadar air dari dua
benih yang memiliki hasil yang lebih besar dibandingkan ulangan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hasanah, M. d.
(2006). Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman Obat Di Indonesia. Balai
Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 68-73.
[2] Sari,
M. M. (2007). Pengaruh sarcostesta dan kadar air benih terhadap kandungan
total fenol dan daya simpan benih pepaya (Carica papaya L.). Jurnal
Buletin Agronomi, 35(1), 44-49.
[3] Sutopo.
(2002). Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[4] Widyawati,
N. T. (2009). Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia, 37(2), 152-158.
[5] Wusono,
S. J. (2015). Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Dari Tanaman Swietenia
Mahagoni Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan Jagung. Jurnal
Agrologia, 4(2), 105-113.